Perkenalkan diriku adalah Abdullah bin Abdul Majid, blog ini dibuat dalam rangka memposting petuah-petuah yang didasarkan pada pondasi Al qur'an dan as Sunnah. Semoga blog ini bermanfaat bagi para pembaca dan yang menulis. Matur Thank You.,sampun moco

Minggu, 11 Maret 2012

Tujuan Zakat dan Dampaknya Bagi Si Pemberi

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dzat yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang, shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi saw, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang senantiasa mengikuti ajaran beliau hingga hari kiamat.
Zakat merupakan salah satu pondasi islam dari lima pondasi. Islam tidak akan tegak apabila pondasi ini hilang. Zakat sangat penting bagi hiruk pikuk kehidupan kaum muslimin. Dimana mereka akan menjadi ummat yang kuat apabila kesadaran mereka untuk mengeluarkan zakat tinggi. Pentingnya zakat ini terbukti bahwa tidak satu pun kitab fiqh yang disusun oleh para ulama terdahulu kecuali di dalamnya membahas masalah zakat. Bahkan ulama kontemporer semisal Dr. Yusuf Qardawi menyusun buku yang secara khusus membahas masalah zakat. Yang mana saat ini buku ini menjadi rujukan utama dalam penyusunan makalah ini.
Pembahasan mengenai zakat amatlah banyak, namun disini penyusun hanya terfokus pada tujuan zakat. Dalam bukunya Yusuf Qardawi terdapat 2 Bab yang membahas tujuan zakat, bab I bertema ‘tujuan zakat dan dampaknya pada kehidupan pribadi’  ini terbagi menjadi dua pembahasan. Pertama : tujuan zakat yang dinisbatkan kepada si pemberi, yaitu orang kaya yang wajib mengeluarkan zakat.  Kedua : tujuan zakat yang dihubungkan dengan si penerima. Bab II bertema ‘tujuan zakat dan dampaknya dalam kehidupan masyarakat’. Disini penyusun hanya terfokus pada bab I yang membahas bagian pertama.

        Antara Zakat Dan Sedekah
Menurut Lisanul al-Arab  arti dasar dari kata zakat, ditinjau dari sudut bahasa, adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji : semuanya digunakan di dalam qur’an dan hadis.
Zakat dari segi istilah fikih berarti “ sejumlah harta tertentu yang diwajiblam Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak” disamping berarti “mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.” Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu” menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan,” demikian Nawawi mengutip pendapat Wahidi.
Zakat wajib ini menurut Quran juga disebut sedekah sehingga Mawardi mengatakan, “sedekah itu adalah zakat dan zakat itu adalah sedekah; berbeda nama tetapi arti sama.” Allah swt berfirman :
    
103. ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S. At Taubah :103)

          Tujuan Zakat dan Dampaknya Bagi Si Pemberi
Bukanlah tujuan islam, dengan aturan zakatnya, untuk mengumpulkan harta dan memenuhi kas saja, dan bukan pula sekedar untuk menolong orang yang lemah dan yang mempunyai kebutuhan serta menolong mereka dari kejatuhannya saja, akan tetapi tujuannya  yang utama adalah agar manusia lebih tinggi nilainya daripada harta, sehingga ia menjadi tuannya harta bukan menjadi budaknya. Karenanya, maka kepentingan tujuan zakat terhadap si pemberi sama dengan kepentingannya terhadap si penerima. Di sinilah letak perbedaan kewajiban zakat dengan pajak-pajak yang diciptakan oleh manusia, diman hampir tidak memperhatikan si pemberi, kecuali memandangnya sebagai sumber pemasukan bagi kas negara.
Qur’an telah membeuat ibarat tentang tujuan zakat, dihubungkan dengan orang-orang kaya yang diambil dari padanya zakat, yaitu disimpulkan, yaitu disimpulkan pada dua kalimat yang terdiri dari  beberapa huruf, akan tetapi keduanya mengandung aspek yang banyak dari rahasia-rahasia zakat dan tujuan-tujuan yang agung.
Dua kalimat tersebut adalah ṭahīr/membersikan dan tazhiriah/mensucikan (Q.S. 9:103). Keduanya meliputi segala bentuk pembersihan dan pensucian, baik material maupun spiritual, bagi pribadi orang kaya dan jiwanya atau bagi harta dan kekayaannya, semuanya itu akan diterngakan pada bagian-bagian berikut.
1.    Zakat Mensucikan Jiwa Dari Sifat Kikir
Zakat yang dikeluarkan si muslim semata karena menurut Allah dan mencari ridha-Nya, akan mensucikannya dari segala kotoran dosa secara umum dan kotoran bersifat kikir.
Sifat kikir yang tercela itu, yang merupakan tabiat manusia (al Israa’:100), yang dengannya manusia diuji, karenanya Allah swt sebagai rasa sayang-Nya kepada manusia, menanamkan cara-cara untuk menghilangkan tabiat dan watak itu.
Maka bagi manusia yang tinggi nilainya atau manusia mukmin, wajib berusaha menghilangkan sifat kikir itu dengan rasa keimanannya. Tidak ada kebahagiaan di Dunia dan Akherat, kecuali dengan berusaha menghilangkan sifat kikir yang tercela itu. (al hasyr : 9).
Rasulullah bersabda:
ثلاث مهلكات : شح مطاع , وهوى متبع, وإعجاب المرء بنفسه.
“ Tiga hal yang akan merusak manusia : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, dan manusia memandang hebat akan dirinya.”
2.    Zakat Mendidik Berinfak dan Memberi
Sebagaimana halnya zakat mensucikan jiwa seorang muslim dari sifat kikir, ia juga mendidik agar seorang muslim mempunyai rasa ingin memberi, menyerahkan dan berinfak.
Di antara masalah yang tidak ada perbedaannya antara ulama di bidang pendidikan dan di bidang akhlak adalah bahwa sesuatu adat kebiasaan akan memberikan efek yang dalam pada akhlak manusia, cara dan pandangan hidupnya, karenanya dikatakan (bahwa adat kebiasaan itu adalah tabiat yang kedua), artinya bahwa adat kebiasaan itu mempunyai kekuatan dan kemampuan yang mendekati (tabiat yang pertama) yang lahir bersamaan dengan lahirnya manusia. Seorang muslim yang bersiap-siap untuk berinfak dan mengeluarkan zakat tananamnya apabila panen, pendapatannya apabila ada, zakat hewan ternaknya, uang dan harta pedagangannya, apabila datang tahun, dan mengeluarkan zakat fitrahnya setiap Hari Raya Idul Fitri. Dengan ini jadilah memberi dan berinfak sifat dan akhlak utama bagi dirinya.
3.    Zakat Merupakan Manifestasi Syukur Atas Nikmat Allah
Sebagaimana dimaklumi, dapat diterima oleh akal, diakui oleh fitrah manusia, diseru oleh akhlak dan moral serta diperintahkan oleh agama dan syariat, adalah bahwa pengakuan akan keindahan dan syukur terhadap nikmat itu, merupakan suatu keharusan. Zakat akan membangkitkan bagi orang yang mengeluarkannya makna syukur kepda Allah swt, pengakuan akan keutamaan dan kebaikan-Nya.
Ibadah badaniah merupakan pembuktian rasa syukur terhadap segala nikmat badan dan ibadah harta merupakan pembuktiaan terhadap nikmat harta.
Di antara hal yang perlu dipikirkan dan dirsakan secara mendalam oleh perasaan dan fikiran kaum muslimin, adalah bahwa zakat itu merupakan bandingan terhadapa nikmat, sehingga setiap nikmat itu mesti diikuti dengan zakat oleh manusia, apakah nikmat itu bersifat materi atau ruhani. Masyhur dikalangan kaum muslimin ucapan :”zakatilah kesehatanmu, zakatilah mata dan penglihatanmu, zakatilah ilmumu, zakatilah keberhasilan anakmu dan seeterusnya.
لكل شيئ زكاة
“segala sesuatu itu ada zakatnya.”
4.    Zakat mengobati Hati dari Cinta Dunia
Zakat dari segi lain, merupakan suatu peringatan terhadap hati akan kewajibanya kepada Tuhannya dan kepada akherat serta merupakan obaat, agar hati jangan tenggelam kepada kecintaan akan harta dan kepada dunia secara berlebih-lebihan. Karena sesungguhnya tenggelam kepada kecintaan dunia, sebagaimna dikemukakan oleh ar Razi, dapat memalingkan jiwa dari kecintaan kepda Allah dan ketakutan kepada akherat. Dengan adanya syariat memerintahkan pemilik harta untuk mengeluarkannya memerintahkan pemilik harta untuk mengeluarkan sebagian harta dari tangannya, maka diharapkan pengeluaran itu dapat menahan kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta, menahan agar jiwa tidak dikuasainya dan memberikan peringatan bahwa kebahagian hidup itu tidakklah akan tercapai dengan penundukan jiwa terhadap harta, akan tetapi justru kebahagiaan itu bisa dicapai dengan menginfakkan harta, dalam rangka mencari ridha Allah. Maka kewajiban zakat itu merupakan obat yang pantas dan tepat dalam rangka mengobati hati agar tidak cinta dunia secara berlebih-lebihan.


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More